Jumat, 15 Mei 2009

The Prayer

Sang ‘Doa’ membelot
Suatu keberadaan yang lahir dari doa- doa manusia.
Sewaktu dia membuka mata, dia langsung merasa bosan dan meninggalkan Bapanya yang membosankan itu. Ia lalu berkeliling dan mengabulkan permintaan- permintaan orang. Kekacauan pun terjadi.
Bapa sudah memperingatkannya, tapi Sang Doa tidak mau mendengar.
Kini Sang Doa kebingungan untuk memperbaiki kondisi yang semakin kacau.
Ia datang kepada Bapa. Bersimbah air mata dan lemas.
Bapa merengkuhnya dalam kehangatan dan kasih.
Kalut dalam penyesalan, Sang Doa bahkan tak bisa merasakan kasih dan hangat Sang Bapa.
Bapa sangat sedih melihat Sang Doa yang terpuruk seperti itu.
Kemudian Ia membisikkan sesuatu di telinga Sang Doa: “Kamu sudah dimaafkan,” kata-Nya.
Kemudian Sang Bapa bangkit dan mengubah Sang Doa menjadi suatu suasana yang kini kita kenal dengan Hujan.
Agar dia bisa meluapkan semua emosi yang masih menggelegak di hatinya.
Dan agar Sang Bapa masih bisa melihatnya.
Itulah yang terbaik yang terpikir oleh Sang Bapa. Menjadikannya Hujan.
Bagaimana pun, memang sudah alamnya anak itu selalu membawa masalah.
Setelah menjadi Hujan pun, ia masih suka membuat kekacauan. Ia pernah membuat banjir di sebuah desa sampai ketinggian airnya mencapai atap.