Suatu hari Georgette mendapat kiriman amplop berwarna gading berhiaskan guntingan di sana- sini yang membuatnya seakan berenda, ditujukan kepada dirinya. Ukurannya cukup pendek dibanding dengan amplop surat pada umumnya. Bertahun- tahun menanamkan dalam diri bahwa ia orang luar, menjadikannya benar- benar merasa orang luar.
Diperhatikannya dengan seksama benda di tangannya, dibolak- balik. Coba menerka kira- kira siapa manusia di Bumi ini yang masih ingat kepadanya. Tak ada nama pengirim sama sekali. Satu- satunya tulisan yang digoreskan pada amplop itu hanya terdapat pada bagian depan: ‘Kepada Yth. Nona Georgette’.
Pikiran pertama yang muncul di benaknya: sepertinya pak pos salah kirim, atau, pengirim surat ini salah mencantumkan alamat. Lalu, pikiran kedua: Hei! Di amplop ini sama sekali tak dicantumkan alamat! Hanya namaku sebagai alamatnya.
Matanya membelalak saat pemikiran kedua itu lahir di kepalanya, menyadari kejanggalan menarik yang ada di sana. Secepat kilat ia berlari ke kamarnya, berusaha sesegera mungkin menciptakan zona pribadi. Kemudian ia menahan diri supaya tidak bersuara terlalu keras saat menutup pintu, seemosi apa pun dirinya.
Sekali lagi ia perhatikan bagian luar amplop itu sampai puas, memotret penampang lempengan karton itu di benaknya. Setelah itu dengan sangat hati- hati ia merobek perekat di bagian belakang amplop, mengusahakan tak sedikit pun amplop itu koyak.
Perlahan ditariknya isi amplop gading berenda tersebut. Selembar benda kaku. Sebuah foto. Tanpa sadar ia mengernyitkan kening. Dilihatnya dalam foto itu seorang fotografer yang sedang mengarahkan kameranya ke suatu arah.
Berapa lama pun waktu yang dihabiskannya untuk berfikir, ia tak menemukan jawaban apa- apa, baik dari foto maupun dari amplop pembungkusnya. Maka Georgette memasukkan kembali foto itu, menutup ampopnya, dan meletakkannya di dalam laci.
Beberapa bulan kemudian, amplop dengan dandanan hampir serupa kembali mendatangi dirinya. Namun kali ini, bentuk amplop itu lebih persegi dan terlihat lebih tebal. Sekilas hiasan amplop itu sama dengan yang diterima sebelumnya. Namun setelah diperhatikan dengan baik, dapat dilihatnya bunga- bunga Krisan pada pinggiran penutup amplop.
Reaksinya kali ini jauh lebih tenang daripada waktu pertama kali ia dihampiri kejadian serupa. Tidak berlari ke kamar, ia langsung membuka amplop kiriman itu dengan ketelitian yang sama seperti sebelumnya. Menarik isinya keluar, dan untuk kedua kalinya, mengernyit. Sebuah kepingan CD. Ia berjalan agak cepat menuju kamarnya, dan segera menyetel CD itu. Dilihatnya rekaman video yang monoton. Dari tadi ia hanya disuguhi gambar seorang gadis aneh yang duduk diam mematung di sebuah kursi taman. Gadis itu hanya memperhatikan tingkah orang- orang di sekelilingnya dari waktu ke waktu.
Akhirnya ia menyerah menonton rekaman membosankan itu dan bermaksud menyudahinya. Tapi tiba- tiba, saat pointer mouse-nya sudah di atas tombol stop, ia menyadari sesuatu. Ketenangannya menguap, ia kembali kesetanan. Dibukanya laci meja dengan tenaga berlebihan. Mengambil selembar amplop di sana, dan kembali menarik keluar isinya. Matanya membelalak saat bolak- balik memperhatikan layar komputer dan foto di tangannya.
Di foto itu ia melihat seseorang yang memegang kamera sedang mengacungkan kameranya ke suatu arah. Mungkin foto itu ingin menggambarkan bahwa ia sedang memotret. Tapi sang fotografer itu sendiri sedang dipotret. Fotografer yang memotret fotografer.
Kemudian, video yang ia terima. Gadis di dalam video itu sama sekali tidak berakting atau setidaknya berbaur dengan orang lain yang ada di sana. Ia hanya mengamati mereka. Sedangkan video itu justru hanya merekam dirinya, bukan apa yang direkamnya. Pengamat yang memperhatikan pengamat.
Ia kemudian sadar, ia tak bisa selamanya menyembunyikan diri di belakang matanya. Mungkin selama ini ia bukanlah orang yang berdiri paling belakang. Sehingga walaupun ia berdiri lebih belakang ketimbang yang lain, menyembunyikan punggungnya sendiri, sementara ia memperhatikan punggung orang lain, bukan berarti tak ada orang lain yang bisa berdiri lebih belakang darinya.
Sepertinya selama ini, ia sendiri diamati.
that's it. sinical,,absurd,,relevan,, dan horror...this is your best story i've read.
BalasHapusakhirnya ngeblog lg lu!
keep up,,
cm...kenapa judulnya eksplisit bgt yah?
hehe
judul explisit?
BalasHapuskarena Georgette anak baik.
o yah, thx 4 d foot step :)
jangan ragu mengkritik dan menyaran. hoho~